hasil temuan penelitian
Beberapa hari lewat saya menjadi keseleo satu penguji ujian disertasi mahasiswa program doktor program penekanan pengelolaan. Bersama saya ada sapta dosen tester. Setelah ujian dibuka oleh pimpinan sidang, ujian dilanjutkan dengan presentasi mahasiswa bikin menyampaikan hasil penelitiannya secara ringkas dalam waktu lima belas menit dan paling lama dua puluh menit. Penyampaian berjalan lampias setakat waktu nan disediakan adv amat. Selanjutnya tentamen diteruskan dengan tanya jawab dengan para penguji yang rata-rata dosen senior. Satu demi satu cak bertanya penguji boleh dijawab dengan baik dan mahasiswa tertumbuk pandangan menuntaskan materi yang ditulis.
Persoalan unjuk ketika sampai penguji ketiga yang menanyakan tentang temuan dan hasil penelitian. “Segala apa temuan dan hasil penelitian uri?” soal seorang penguji senior. Mahasiswa tampak kedodoran dan gagap. Ketika pertanyaan tersebut belum terjawab, penguji malah menanyakan situasi lian segala perbedaan antara temuan dan hasil penelitian. Mahasiswa semakin mangut karena tak bisa menjawab kedua pertanyaan tersebut. Detik mengarifi mahasiswa mulai kepanikan, penguji itu memandunya dengan mengajukan sebuah tanya. “Ada berapa rumusan keburukan internal pendalaman Tembuni?”, tanya penilai dengan sabar. “Ada tiga”, jawab mahasiswa yang mulai berkeringat karena tegang. “Kalau sejenis itu ada berapa jawaban?, lanjut penguji. “Ada tiga jawaban, paket”, sahut sang mahasiswa nomine doktor perempuan itu. ” Sudahlah, tiga jawaban itu namanya apa?”, tanya penguji. “Itu kesudahannya”, jawab mahasiswa. “Terlampau temuan investigasi Saudara segala?”, soal penguji lagi. Mahasiswa terdiam lagi sederum bolak-balik menyingkapkan lembaran kertas naskah disertasi.
Saya menyaksikan babak itu dengan saksama dan membuat saya berpikir dalam-dalam mengapa sebatas karib tahap akhir riset S3 mahasiswa calon doktor itu tidak bisa mengeluarkan antara ‘temuan’ dan ‘hasil’ eksplorasi. Atau mungkin dianggap sebanding. Internal hati saya menyoal mengapa kejadian itu terjadi. Segala apa memang topik itu belum asosiasi dipelajari dalam matakuliah metodologi penekanan atau mahasiswa enggak memperhatikan saat topik itu diajarkan. Seterusnya saya memperkirakan bagaimana jadinya kalau mahasiswa itu esok lulus dengan menjabat gelar dokrtor (Dr.) dan menjadi dosen, saja bukan bisa mengasingkan antara temuan studi dan hasil pendalaman. Sebagai dosen pengampu matakuliah metodologi investigasi saya risau dan karena itu merasa bertanggung jawab cak bagi menjelaskan perbedaan antara temuan dan hasil penelitian melalui tulisan ini.
Penelitian merupakan aktivitas terencana untuk menjawab masalah secara ilmiah. Disebut ilmiah, keseleo satu sebabnya, ialah karena asal bakal menjawab masalah itu merupakan data, bukan opini subjektif, dongeng atau lamunan peneliti. Jawaban yang diperoleh dapat menyibakkan tabir mengenai permasalahan nan selama ini belum diketahui umum. Jawaban yang diperoleh berdasarkan data itu selanjutnya disebut ‘temuan’ pendalaman (research findings). Temuan penelitian bertabiat empirik. Seperti dinyatakan oleh Bailey (1987: 24) selain bertujuan kerjakan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat pada saat yang sama penelitian, khususnya penelitian mantra-ilmu sosial, kerjakan meluaskan ilmu pengetahuan secara teoretik.
“… the ultimate goal of a study is solving social-problems and at the same time makes a valuable contribution to the theoretical social- science literature…”.
Penelitian camar start dari kebobrokan yang dirumuskan dalam bentuk soal, yang galibnya disebut rumusan masalah penyelidikan (research questions) dan berakhir dengan jawaban yang disebut temuan penelitian (research findings). Kualitas temuan adv amat tergantung puas kualitas soal, data yang terhidang secara melimpah (lebih-bertambah bikin investigasi kualitatif) dan analisis data. Karena itu, betapa pentingnya rumusan masalah studi yang baik. Menurut Stake (1994) rumusan kebobrokan akan menentukan metode investigasi nan digunakan, bentuk dan jenis data nan diperoleh, cara pengumpulan data, teori nan dipilih, dan akhirnya jawaban penajaman. Sedemikian penting posisi rumusan masalah dalam penelitian, sehingga beberapa tukang menyatakan takdirnya pertanyaan riset telah berhasil dirumuskan salah suatu tugas terpenting penelitian sudah terselesaikan (Rahardjo, 2020).
Untuk keperluan praktis, temuan investigasi boleh digunakan sebagai radiks pengambilan keputusan. Dengan demikian boleh dibayangkan barang apa yang akan terjadi seandainya temuan itu keseleo, karena berangkat dari data yang enggak tepat. Penelitian serupa ini adakalanya tidak ada skor gunanya, justru bisa mengibuli. Karena itu, betapa pentingnya temuan penggalian nan benar. Temuan pengkhususan yang benar sahaja dapat diperoleh dari data yang benar dan analisis yang tepat. Seterusnya temuan maujud jawaban soal disebut temuan substantif (substantive findings).
Lakukan karya ilmiah mahasiswa S1 riil skripsi, penekanan dapat disebut telah selesai jika rumusan ki aib sudah terjawab. Tetapi untuk karya ilmiah mahasiswa S2 (tesis) dan S3 (disertasi), hingga diperoleh jawaban penyelidikan belum dapat dikatakan berakhir. Mengapa? Temuan penelitian masih perlu didialogkan dengan teori nan mutakadim dituangkan di putaran kajian teori yang umumnya ditaruh di Bab II. Atau, bisa saja di bagian lain sesuai kesepakatan atau ketentuan perguruan pangkat per. Di sejumlah perguruan tinggi atau perhimpunan ada yang menempatkan kajian teori menjadi salah satu sub-bagian semenjak bab pendahuluan (Pintu I).
Dialog teoretik akan bersalin temuan stereotip (biasa findings). Temuan formal ini aktual konsep, prasaran, ataupun teori. Temuan protokoler inilah yang disebut ‘hasil’ penajaman. Terserah yang menyebutnya sebagai ‘thesis statement’. Jika ‘temuan’ penelitian bersifat maujud/empirik, maka ‘hasil’ penelitian bersifat mujarad. Kemampuan MENGABSTRAKSIKAN temuan diperlukan kontemplasi pengkaji yang janjang melangkahi refleksi. Ini hanya bisa dilakukan oleh peneliti sendiri, tak p versus atau penyuluh sekalipun. Kerumahtanggaan berkontemplasi atau refleksi pemeriksa akan membuka juga amatan atau telah teori yang sudah lalu ditulis di bab sebelumnya, maupun konsep enggak dari para pakar yang belum luang dituangkan di fragmen kajian teori. Karena itu, teori bukan ornamen atau aksesoris penelitian untuk menambah ketebalan karya ilmiah. Akan halnya kualitas kajian teori bukan karena tebalnya halaman alias banyaknya pendapat para ahli tentang tema pokok penelitian, tetapi sejauh mana teori itu bisa membuka cakrawala pandang pemeriksa mengenai isu utama pengkajian.
Mengenai posisi di mana fragmen analisis teori ditempatkan tidak begitu terdahulu. Doang yang habis utama merupakan kegunaan atau kebaikan teori dalam penggalian. Sebagai pengingat, internal investigasi kualitatif, selain digunakan untuk kontributif peneliti memahami gejala alias fenomena nan diteliti, teori itu buat dikembangkan. Itu sebabnya, penelitian kualitatif selalu disebut ‘theory generating‘ atau ‘theory development‘. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif, teori lakukan dibuktikan (to be tested
atau
to be verified). Itu sebabnya dalam penelitian kuantitatif yang mengandung variabel diperlulan hipotesis. Postulat yakni jawaban sementara yang dibuat peneliti sebelum jawaban yang sepatutnya ada diperoleh.
Temuan dan hasil penelitian yang berkualitas ialah babak tak terpisahkan dari format karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun ukuran sebuah karya ilmiah (baca: disertasi) yang bisa dipertanggungjawabkan, Biklen dan Casella (2007: 12-13) memberikan tonggak-pacak sebagai berikut: 1). Mengasihkan informasi plonco kepada umum tentang isu utama penelitian, 2). Meladeni perspektif menarik tentang tema gerendel penekanan, 3). Menawarkan pendekatan baru terhadap tema penajaman dengan analisis yang tajam, 4). Menyajikan deskripsi menarik tentang kancing bahasan, 5). Memberikan ruang atau pelan yang luas bikin pendalaman makin lanjut.
Bisa tetapi ada matra-ukuran lain cak bagi menentukan kualitas karya ilmiah. Misalnya, temuan dan hasil riset dapat buru-buru digunakan untik menjawab persoalan nan dihadapi masyarakat. Andai contoh penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru memang dapat digunakan lakukan mengamankan persoalan pendidikan yang dihadapi guru di kelas. Contoh lainnya adalah survei yang dapat digunakan untuk menjawab ki aib dengan cepat. Sebagai contoh, di musim epidemi Covid-19 saat ini penelitian survei dapat mengungkap dengan cepat tentang berapa orang yang terpapar dan gambaran tanggung psikologis masyarakat akibat Covid-19.
Demikian jabaran ringkas mengenai perbedaan antara temuan dan hasil penggalian serta matra karya ilmiah yang berkualitas. Bagaikan aktivitas ilmiah yang selit belit, penelitian memang memerlukan kompetensi solo yang diperoleh melintasi pendidikan maupun pelatihan. Penelitian tidak bisa dilakukan oleh setiap manusia. Selain pendidikan dan pelatihan, pengkhususan memerlukan pengalaman. Sejatinya, hanya mereka yang punya integritas dan dedikasi hierarki yang sanggup melalukan penelitian dengan baik dan hasilnya bermakna tidak cuma untuk diri mereka sendiri, saja lagi masyarakat luas, dan karena itu sani. Termasuk kerumunan ini adalah mereka yang mau belajar tentang perbedaan antara temuan dan hasil penelitian. Mudahmudahan catatan pendek ini bermanfaat bagi mereka yang akan dan sedang menulis karya ilmiah dan para peminat metodologi penelitian!
_________
Ponorogo, 30 Januari 2021
Daftar Bacaan
Bailey, Kenneth D. 1987.
Methods of Social Research. Third Edition. New York: The Free Press. A Division of Macmillan, Inc. London: Collier Macmillan Publishers.
Biklen, Esensi Knopp and Casella, Ronnie. 2007.
A Practical Guide to the Qualitative Dissertation. New York and Lndon: Teachers College, Colombia University Press.
Rahardjo, Mudjia. 2020.
Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-hobatan Sosial dan Humaniora (berpunca Teori ke Praktik). Yogyakarta: Penerbit Republik Alat angkut. Stake, Robert E. 1994.”Case Studies” in NormanK. Denzin and Yvonna, S. Lincoln (eds.), “Handbook of Qualitative Research
“, Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.
Source: https://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/index.php/2021/01/30/antara-temuan-dan-hasil-dalam-penelitian-menuju-karya-ilmiah-berkualitas/